Di pertengahan dua tahun lalu, saya pernah telusur desa di Barat Trenggalek. Menelusuri desa-desa di Barat Trenggalek ini, saya bersama oleh Misbahus Surur, dan Bonari Nabonenar. Kami bertiga melakukan perjalanan dengan mengendarai sepeda motor. Bagi saya ini kali pertama saya melewati jalan-jalan desa di barat kabupaten ini.
Perjalanan ini bagi saya sangatlah berkesan. Selain melihat keindahan alam di sekitar gunung di Barat kabupaten, saya bisa melihat bebatuan yang membentuk diagonal (segi lima) pada ujung batu itu. Batu itu nampak terpisah dari bongkahan batu satu dengan batu yang lain. Namun nyatanya, batu tersebut masih melekat dan menjadi satu dalam satu susunan batu.
Waktu itu, Surur dan Bonari sepakat, bahwa batu ini mirip situs batu Gunung Pajang, yang berada di Kabupaten Ciamis, Jawa Barat. Sementara di Kabupaten Trenggalek, situs batu yang diduga peninggalan purbakala di temukan tersebar di Gunung Jompong, di Desa Sukokidul, Kecamatan Pule, Kabupaten Trenggalek.
Saat saya berkunjung di sana, di awal Bulan September 2016, ratusan bebatuan baik yang sudah terpisah dan tergeletak di hamparan lahan milik petani maupun yang masih merekat di antara bebatuan itu nampak berdiri kokoh. Batu Jompong ini tersebar di lahan seluas sekitar 15 hektar milik Perhutani dan terletak sekitar 26 kilometer sebelah barat Kota Trenggalek.
Namun sebelum sampai di lokasi Gunung Jompong, kami sempat bertanya masyarakat sekitar untuk memastikan lokasi ini tidak salah. Sebenarnya, Mas Surur sudah terlebih dulu bertandang di Gunung Jompong ini. Namun, ia sudah sedikit lupa. Karena ia kesini sudah satu tahun setelahnya. Karena itu, untuk memastikan bahwa gank yang ingin kami lewati, maka kami bertanya warga yang kebetulan rumahnya berada di depan gank atau gapura masuk di lokasi Gunung Jompong itu.
Setelah yakin, kami pun menuju di sebuah gank, jalan masuk perkebunan atau ladang milik warga. Jarak lokasi situs batu Jompong dengan pemukiman penduduk Des Sukokidul sekitar 300 meter. Namun untuk sampai di lokasi tersebut, kami terlebih dulu melintasi jalan setapak yang licin kala hujan.
Untuk menuju di lokasi bebatuan itu, kami tidak perlu berjalan jauh, karena kendaraan yang kami tunggangi bisa kami parkir tidak jauh dari lokasi batu Jompong itu. Kami pun tanpa dikomando satu sama lain, berjalan dan mendekati bongkahan batu itu. Kami naik di lahan Gunung Jompong itu, dan melihat batu yang membentuk seperti pilar-pilar panjang.
Semakin naik semakin banyak bebatuan. Namun, ada yang tertanam dengan bertumpukan dan ada yang terpisah-pisah. Di atas bagian puncak, juga ditemukan batu yang biasa digunakan sebagai tempat ritual. Kami mendekat dan tidak ketinggalan untuk mengabadikan di gawai kami. Pemandangan indah dengan landscap batu itu.
Batu itu seperti memiliki satu batas yang tidak menyatu, tetapi masih merekat jadi satu. Di antara batu-batu yang memanjang membentuk persegi panjang dengan ujung membentuk diagonal, ada pula batu yang ukurannya besar dan seperti tembok. Tak jauh dari lokasi tersebut, juga ditemukan batu yang seperti tulang yang sudah patah. Sebagian patahnya tetanam di tanah dan separuhnya tergeletak berdekatan dengan batuan lainnya.
Jika bentuk batu di Gunung Padang hampir merata bentuknya persegi panjang. Di Gunung Jumpong, memiliki beragam bentuk, seperti lonjoran, lingga, pipih bulat bahkan ada yang seperti tulang. Ada batu besar yang permukaan atasnya ukuran sekitar 3,5 x 5 meter. Ada batu yang berdiri agak miring dengan motif bergaris seperti pilar-pilar yang menyatu. Bebatuan itu tersebar di sekitar lokasi kami. Mulai dari atas hingga menurun sekitar 100 meter dan letaknya tidak beraturan.
"Batu-batu ini sudah lama ada di sini," kata orang yang kami tanyai tadi, tapi saya sudah lupa nama dari orang tersebut. "Tidak tahu siapa yang pertama kali menemukannya. Tapi dari dulu masyarakat sudah tahu ada bebatuan, cuma dianggap seperti batu biasa," tuturnya. Dan tidak ada yang mengetahui siapa yang pertama kali menemukan 'situs' batu di Desa Jombok, Kecamatan Pule ini.
Setelah kami merasa puas melihat-lihat situs batu, yang diduga peninggaln purbakala ini, kami pun melakukan perjalanan dengan menyusuri kecamatan yang berada di Barat Kota Trenggalek ini. Apakah ada kaitannya bebatuan tersebut sebagai tempat peribadatan atau pemukiman manusia purbakala. Diperlukan riset yang mendalam untuk pertanyaan tersebut. Situs batu di Gunung Jompong ini menjadi destinasi yang menarik dan patut untuk dikunjungi.[]
Perjalanan ini bagi saya sangatlah berkesan. Selain melihat keindahan alam di sekitar gunung di Barat kabupaten, saya bisa melihat bebatuan yang membentuk diagonal (segi lima) pada ujung batu itu. Batu itu nampak terpisah dari bongkahan batu satu dengan batu yang lain. Namun nyatanya, batu tersebut masih melekat dan menjadi satu dalam satu susunan batu.
Waktu itu, Surur dan Bonari sepakat, bahwa batu ini mirip situs batu Gunung Pajang, yang berada di Kabupaten Ciamis, Jawa Barat. Sementara di Kabupaten Trenggalek, situs batu yang diduga peninggalan purbakala di temukan tersebar di Gunung Jompong, di Desa Sukokidul, Kecamatan Pule, Kabupaten Trenggalek.
Saat saya berkunjung di sana, di awal Bulan September 2016, ratusan bebatuan baik yang sudah terpisah dan tergeletak di hamparan lahan milik petani maupun yang masih merekat di antara bebatuan itu nampak berdiri kokoh. Batu Jompong ini tersebar di lahan seluas sekitar 15 hektar milik Perhutani dan terletak sekitar 26 kilometer sebelah barat Kota Trenggalek.
Namun sebelum sampai di lokasi Gunung Jompong, kami sempat bertanya masyarakat sekitar untuk memastikan lokasi ini tidak salah. Sebenarnya, Mas Surur sudah terlebih dulu bertandang di Gunung Jompong ini. Namun, ia sudah sedikit lupa. Karena ia kesini sudah satu tahun setelahnya. Karena itu, untuk memastikan bahwa gank yang ingin kami lewati, maka kami bertanya warga yang kebetulan rumahnya berada di depan gank atau gapura masuk di lokasi Gunung Jompong itu.
Setelah yakin, kami pun menuju di sebuah gank, jalan masuk perkebunan atau ladang milik warga. Jarak lokasi situs batu Jompong dengan pemukiman penduduk Des Sukokidul sekitar 300 meter. Namun untuk sampai di lokasi tersebut, kami terlebih dulu melintasi jalan setapak yang licin kala hujan.
Untuk menuju di lokasi bebatuan itu, kami tidak perlu berjalan jauh, karena kendaraan yang kami tunggangi bisa kami parkir tidak jauh dari lokasi batu Jompong itu. Kami pun tanpa dikomando satu sama lain, berjalan dan mendekati bongkahan batu itu. Kami naik di lahan Gunung Jompong itu, dan melihat batu yang membentuk seperti pilar-pilar panjang.
Semakin naik semakin banyak bebatuan. Namun, ada yang tertanam dengan bertumpukan dan ada yang terpisah-pisah. Di atas bagian puncak, juga ditemukan batu yang biasa digunakan sebagai tempat ritual. Kami mendekat dan tidak ketinggalan untuk mengabadikan di gawai kami. Pemandangan indah dengan landscap batu itu.
Batu itu seperti memiliki satu batas yang tidak menyatu, tetapi masih merekat jadi satu. Di antara batu-batu yang memanjang membentuk persegi panjang dengan ujung membentuk diagonal, ada pula batu yang ukurannya besar dan seperti tembok. Tak jauh dari lokasi tersebut, juga ditemukan batu yang seperti tulang yang sudah patah. Sebagian patahnya tetanam di tanah dan separuhnya tergeletak berdekatan dengan batuan lainnya.
Jika bentuk batu di Gunung Padang hampir merata bentuknya persegi panjang. Di Gunung Jumpong, memiliki beragam bentuk, seperti lonjoran, lingga, pipih bulat bahkan ada yang seperti tulang. Ada batu besar yang permukaan atasnya ukuran sekitar 3,5 x 5 meter. Ada batu yang berdiri agak miring dengan motif bergaris seperti pilar-pilar yang menyatu. Bebatuan itu tersebar di sekitar lokasi kami. Mulai dari atas hingga menurun sekitar 100 meter dan letaknya tidak beraturan.
"Batu-batu ini sudah lama ada di sini," kata orang yang kami tanyai tadi, tapi saya sudah lupa nama dari orang tersebut. "Tidak tahu siapa yang pertama kali menemukannya. Tapi dari dulu masyarakat sudah tahu ada bebatuan, cuma dianggap seperti batu biasa," tuturnya. Dan tidak ada yang mengetahui siapa yang pertama kali menemukan 'situs' batu di Desa Jombok, Kecamatan Pule ini.
Setelah kami merasa puas melihat-lihat situs batu, yang diduga peninggaln purbakala ini, kami pun melakukan perjalanan dengan menyusuri kecamatan yang berada di Barat Kota Trenggalek ini. Apakah ada kaitannya bebatuan tersebut sebagai tempat peribadatan atau pemukiman manusia purbakala. Diperlukan riset yang mendalam untuk pertanyaan tersebut. Situs batu di Gunung Jompong ini menjadi destinasi yang menarik dan patut untuk dikunjungi.[]
0 komentar:
Posting Komentar